Tuesday, November 6, 2012

Review : Tofi : Perburuan Bintang Sirius bagian 1

Author : Prof. Yohanes Surya, Ellen Conny, Sylvia Lim
Kategori : Sci-Fi
Format : Paperback 
Jumlah halaman : 831 halaman (bagian 1 : 1-348)
Penerbit : Kandel (6 November 2012)
Bahasa : Indonesia


Goodreads Description :
Tofi begitu cemburu kepada bintang-bintang di langit luas yang bisa bersinar dengan bebas. Ia ingin menjadi seorang remaja normal, tanpa dibayang-bayangi oleh nama besar ayahnya sebagai seorang ilmuwan pemenang Nobel. Namun, mungkinkah itu terjadi? Di sekolahnya, Odyssa College, dia kerapkali berhadapan dengan Jupiter yang menguasai sekolah dengan semena-mena. Konflik mereka semakin meruncing sejak kehadiran Miranda, seorang gadis cantik dengan bola mata paling indah sejagad raya.

Demi untuk melepaskan suatu klub ilmuwan remaja yang dipimpin Miranda dari kekuasaan Jupiter, Tofi dan teman-temannya Rahul, William dan Billy mengikuti perlombaan Science to Generation yang menegangkan. Pertandingan ini bukan hanya tentang adu kecerdasan dan kreativitas, tetapi juga diwarnai dengan kemarahan, kesedihan dan persaingan keras yang membuat para pesertanya terluka parah. Bahkan cinta lokasi turut memperumit segalanya.

Namun di balik perlombaan yang panas dan menegangkan, sebuah konspirasi misterius membayangi mereka. Berawal dari munculnya gosip hantu di penginapan mereka, suara-suara aneh dan pesan misterius di sebuah komputer horor, Tofi dan teman-temannya pun terseret dalam kasus Perburuan Bintang Sirius, yang pada akhirnya menjebak mereka ke dalam sebuah laboratorium horor bersama dua sindikat mafia paling berbahaya di dunia, Black Schole dan White Thole.

Betapa terkejutnya Tofi karena para penjahat itu ternyata mengenal ayahnya! Siapakah para penjahat itu sebenarnya? Apa hubungan mereka dengan ayahnya? Mengapa mereka memburu “Bintang Sirius”? Di tengah ketidakpastian siapa kawan dan siapa lawan, ada satu pertanyaan yang tak kalah menakutkan, apakah dia dan teman-temannya dapat keluar dengan selamat dari laboratorium horor tersebut?


Review :
Apa yang terlintas dipikiranmu ketika mendengar bahwa Prof. Yohanes Surya membuat sebuah buku fiksi? Saya yakin sebagian besar dari kita akan menjadi penasaran karena selama ini kita mengenal beliau sebagai fisikawan Indonesia. Waktu pertama mendengar bahwa Tofi adalah karya fiksi dari Prof. Yohanes Surya, saya langsung tertarik untuk membacanya. Saya tertarik untuk melihat bagaimana sih ketika seorang ilmuwan membuat buku fiksi karena memang tidak banyak ilmuwan yang menghasilkan karya fiksi. 
Buku ini bercerita tentang Tofi yang merupakan salah seorang siswa di Odyssa College yang terletak di Pulau Kencana. Dia merupakan anak dari salah satu peraih nobel, Prof. Yomosi. Di sekolah, Tofi bermusuhan dengan Jupiter dan para satelitnya yang suka menindas anak-anak Odyssa College. Apalagi ketika muncul Miranda, siswi baru pindahan dari Bandung, persaingan mereka semakin memanas. Jupiter selalu mencari cara agar Tofi terlibat masalah. Puncaknya ketika terjadi insiden Petir yang membuat Tofi dihukum yang membuatnya tidak bisa membantu teman-temannya untuk mengikuti STG (Science To Generation), sebuah event nasional bagi ilmuwan-ilmuwan muda dari berbagai daerah di Indonesia. Insiden ini juga membuat hubungan antara Tofi dan papanya semakin memburuk. 

Namun dengan bantuan teman-temannya, pihak sekolah setuju untuk menyelidiki lebih lanjut kasus itu dan  dan Tofi diberikan kesempatan untuk  mengikuti STG besama teman-temannya, Rahul, Billy dan William, serta adiknya, Marchia. Selain diikuti oleh Tim dari Pulau Kencana, STG juga diikuti oleh tim lain dari berbagai daerah di Indonesia yaitu Kalimantan Barat, Papua, Jakarta, Surabaya serta tuan rumah, Bandung. Pada pertandingan hari pertama, para peserta harus bersaing untuk memecahkan teka-teki yang disediakan oleh panitia. Bagian pertama dari buku pertama ini diakhiri ketika Tofi dan teman-temannya berusaha menyelidiki teka-teki di vila tempat mereka menginap.
Buku pertama (bagian pertama) dari trilogi Tofi ini diawali dengan profile seluruh karakter yang ada di buku. Ketika mulai membaca buku ini, saya tidak terlalu menyukai adanya pengenalan seluruh tokoh di awal cerita. Hal ini membuat saya merasa terlalu banyak tokoh yang harus saya tahu, sehingga saya merasa kesulitan untuk mengingat karakter-karakter tersebut. Saya lebih menyukai ketika tokoh-tokoh yang ada diungkapkan satu persatu ketika kita membaca cerita. Pada beberapa bagian, saya juga merasa penulis tidak memberikan gambaran secara lebih detail sehingga kadang menimbulkan pertanyaan bagi pembaca.

Unsur fisika sangat kental dalam buku ini. Selain fisika, buku ini juga memuat tentang sejarah, khususnya sejarah kota Bandung. Saya tertarik dengan teknologi-teknologi yang digunakan oleh masyarakat Pulau Kencana. Ketika membaca buku ini, saya membayangkan bagaimana jika teknologi-teknologi seperti itu benar-benar diciptakan pasti akan membuat pekerjaan kita menjadi lebih mudah. Selain itu, tokoh-tokohnya yang memiliki sifat yang beragam juga membuat cerita menjadi lebih menarik.

Terlepas dari semua itu, saya menikmati buku ini. Menurut saya, ini buku yang sangat bagus untuk dibaca oleh remaja-remaja di Indonesia.

Saya memberi buku ini 4 dari 5 bintang.



Betapapun fisika mencobamembagi rahasianya, bagi para ilmuwan, cinta tetap menjadi keajaiban yang menakjubkan. Yang jelas Einstein ingin sekali menghubungkan cinta dan teori terkenalnya, sampai-sampai dia dengan serius berkata : "Letakkan tanganmu di tungku panas selama semenit, rasanya seperti satu jam, duduklah bersama dengan gadis pujaanmu selama satu jam, rasanya seperti semenit. itulah makna relativitas"   (hal. 142)


No comments:

Post a Comment